BERITA UNIK

Indahnya Warna warni Bunga Ada Hipotesis di Baliknya

Indahnya Warna warni Bunga Ada Hipotesis di Baliknya

KORANPALAPA, Indahnya Warna warni Bunga Ada Hipotesis di Baliknya. Pernahkah kita berjalan di taman dan menikmati keindahan warna-warni bunga. Adakah terbersit dalam pikiran kita, apa penyebab variasi warna tersebut dan kenapa harus beragam?

Apakah keragaman itu terbentuk untuk memuaskan mata manusia? Tentu saja bukan.

Warna bunga ditentukan oleh faktor kimia, faktor fisik atau terkadang kombinasi dari keduanya.

Pigmen merupakan senyawa kimia yang mampu menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, sehingga kemudian terlihat sebagai warna tertentu oleh mata manusia dan hewan.

Sedangkan, faktor fisik yang mempengaruhi warna dapat berupa struktur atau karakter tertentu yang memantulkan dan menyebarkan cahaya, contohnya seperti susunan kutikula yang berlapis-lapis.

Warna pada bunga ditentukan oleh keberadaan dan interaksi pigmen seperti karotenoid, flavonoid, antosianin, dan dilengkapi dengan klorofil dan ion logam serta sering kali dipertajam oleh struktur bunga.

Pigmen sering terlokalisasi pada epidermis. Sebagian besar warna bunga merah, biru, dan ungu disebabkan oleh antosianin yang larut dalam air dan hanya terdapat pada vakuola.

Sedangkan warna kuning dan jingga, dihasilkan dari karotenoid yang tertahan di dalam plastida.

Adapun warna lainnya merupakan hasil dari kombinasi dan konsentrasi pigmen yang berbeda pada tahap perkembangan yang berbeda.

Keragaman warna merupakan faktor pembeda utama tumbuhan berbunga (Angiospermae) dari tumbuhan berbiji (Spermatophyta) lainnya.

Angiospermae terutama yang diserbuki secara biotik, biasanya menghasilkan bunga dengan rangkaian warna cerah dan kontras yang mengesankan.

Warna bunga yang cerah membantu menarik hewan penyerbuk dan karenanya berkontribusi pada keberhasilan reproduksi spesies.

Keragaman warna pada level intraspesifik sering dikaitkan dengan seleksi yang dilakukan oleh polinator.

Warna bunga seperti halnya sebuah strategi pemasaran dari tumbuhan untuk menarik polinator.

Indahnya Warna- warni Bunga, Ada Hipotesis di Baliknya

Hipotesis Warna Bunga Beragam

Tiga hipotesis mengapa warna bunga beragam.

Hipotesis pertama adalah keragaman warna bunga terdorong oleh perbedaan preferensi antara berbagai jenis penyerbuk.

Hipotesis ini di dukung oleh pengamatan, bahwa tumbuhan dengan tipe bunga yang sama sering terserbuki oleh jenis penyerbuk yang sama. Sebagai contoh, bunga yang terserbuki lebah sering kali berwarna biru atau ungu dengan tabung mahkota pendek, lebar dan nektar pekat dengan volume yang sedikit.

Bunga yang terserbuki ngengat biasanya berwarna putih, dengan mahkota panjang, sempit dan sangat harum di malam hari.

Bunga yang terserbuki burung kolibri cenderung berbentuk tabung panjang berwarna merah yang tidak berbau, tapi mengandung banyak nektar encer.

Hipotesis kedua menyatakan, keragaman warna bunga terdorong oleh spesialisasi individu penyerbuk atau spesies penyerbuk tertentu.

Hipotesis pertama memungkinkan terjadinya pollinator yang mengunjungi banyak jenis bunga yang serupa, sehingga menimbulkan resiko kegagalan penyerbukan dan kemungkinan terjadinya hibridisasi.

Dalam hipotesis kedua ini, di duga warna bunga muncul sebagai akibat dari kompetisi antara spesies tumbuhan (atau varietas dalam suatu spesies) terhadap kunjungan dari individu penyerbuk atau spesies penyerbuk tertentu.

Sedangkan hipotesis ketiga mengemukakan, bahwa keragaman bunga terjadi karena kondisi lingkungan yang berbeda.

Berdasarkan hipotesis ini, kondisi lingkungan seperti tipe tanah, suhu dan ketersediaan air mempengaruhi warna bunga.

Pengaruh lingkungan dalam mendorong keragaman warna terbukti terjadi pada tumbuhan yang bereproduksi dengan cara penyerbukan sendiri (selfing).

Penelitian pada Boechera stricta menunjukan, bahwa keragaman warna bunga pada selfing species terpengaruhi oleh herbivora, cekaman kekeringan, dan faktor abiotik lainnya yang bervariasi secara spasial.

Baca juga: Teori Mulainya Kehidupan di Muka Bumi

Ketiga hipotesis tersebut memiliki bukti pendukung tersendiri dan ketiganya terbukti memang terjadi pada tumbuhan.

Analisis spesifik pada tiap taksa atau kelompok tumbuhan dapat lebih memperjelas faktor apa yang mendorong munculnya keragaman warna bunga pada kelompok tumbuhan tertentu.

Pertanyaan lain yang muncul adalah, kapan sebenarnya karakter warna ini muncul dan apakah sejak awal kemunculannya, warna memiliki fungsi untuk menarik hewan penyerbuk?

Terbentuknya karakter warna pada tumbuhan berbiji terjadi lebih awal di bandingkan kemunculan Angiospermae.

Meskipun begitu, warna pada awalnya tidak memiliki fungsi untuk menarik hewan penyerbuk.

Hal ini dapat lihat pada Gimnospermae yang menggunakan sinyal penciuman untuk menarik hewan untuk persebaran biji dan penyerbukannya.

Bukti lain dapat terlihat pada sisik kerucut berwarna-warni beberapa tumbuhan konifer yang memiliki fungsi utama untuk melindungi jaringan yang tumbuh.

Isyarat visual yang di berikan oleh warna dalam kelopak bunga, yang sangat penting dalam keberhasilan reproduksi banyak spesies Angiospermae, awalnya berevolusi sebagai efek sekunder, kemungkinan besar evolusi ini terjadi setelah evolusi penglihatan warna pada lebah.

Evolusi warna pada Angiospermae sendiri terjadi secara independen pada tiap taksa.

Kemunculan dan hilangnya pigmen di ketahui sangat bervariasi pada berbagai kelompok taksa tumbuhan dan tingkat perubahan ini seringkali asimetris, di mana kejadian kemunculan warna lebih sering di temukan di banding kehilangannya.

Modus pergeseran warna cenderung cladogenetik, terutama untuk kejadian kemunculan warna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *