BERITA KESEHATAN BERITA UNIK BERITA VIRAL

Apa Perbedaan Psychotic Break Vs Mental Breakdown?

Apa Perbedaan Psychotic Break Vs Mental Breakdown?

Apa Perbedaan Psychotic Break Vs Mental Breakdown?

KORANPALAPA, Apa Perbedaan Psychotic Break Vs Mental Breakdown? Publik mulai mengenal istilah psychotic break setelah pengakuan Lady Gaga akan trauma yang ia derita pasca menjadi korban tindak perkosaan.

Kondisi ini membuatnya mengalami gangguan mental dan fisik sehingga merasa tidak sehat dalam waktu lama.

Akibatnya, ia harus menjalani pengobatan rutin dan membatalkan sejumlah jadwalnya termasuk tur dunia yang telah terjadwal.

Istilah psychotic break yang digunakan Lady Gaga mungkin masih terdengar asing di telinga masyarakat awam. Sebagian besar lebih familiar dengan kata mental breakdown alias nervous breakdown.

Banyak antara kita yang mungkin salah paham dan menyamakan kedua istilah ini. Padahal masing-masing merujuk pada hal yang berbeda.

Meski sama-sama pakai untuk mendeskripsikan kondisi kesehatan mental seseorang, namun situasinya berlainan.

Jadi, apa perbedaan antara psychotic break dan mental breakdown?

Apa itu Mental Breakdown?

Mental breakdown bisa artikan sebagai krisis yang rasakan seseorang pada kesehatan mental dan emosionalnya.

Kondisi ini bukan diagnosis melainkan sinyal akan adanya masalah kesehatan jiwa yang membutuhkan evaluasi dan penanganan dari profesional.

Seringkali, seseorang mengalami mental breakdown karena stres yang terjadi tidak dapat atasi lagi. Banyak yang menganggap kondisi ini terjadi secara tiba-tiba namun sebenarnya tidak demikian.

Mental breakdown adalah puncak dari keluhan yang telah menumpuk selama beberapa waktu sehingga penyembuhannya juga harus bertahap.

Jika merasakan gejalanya, segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Baca juga : Jangan Diabaikan! 5 Tanda Kamu Menjalin Cinta pada Pria Tak Layak

Pakar kesehatan akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan masalah yang kita hadapi.

Hasilnya bisa saja gangguan mood, gangguan trauma, gangguan kecemasan, gangguan psikotik, atau kondisi kesehatan mental akut atau kronis lainnya.

Adapun, gejala akan adanya mental breakdown juga sangat beragam, antara lain:

  • Perasaan tertekan, kesedihan mendalam, putus asa dan rasa bersalah
  • Mati rasa emosional
  • Perubahan signifikan dalam pola harian, seperti tidur, nafsu makan, atau perawatan diri
  • Penyakit fisik, sakit, dan nyeri
  • Pikiran atau tindakan yang melibatkan tindakan menyakiti diri sendiri atau bunuh diri
  • Kilas balik ke pengalaman traumatis
  • Merasa terlepas dari diri sendiri atau lingkungan

Selain uraian di atas, masih banyak lagi gejala yang dialami oleh seseorang ketika mendapatkan nervous breakdown.

Apa itu Psychotic Break?

Laman BrightQuest Treatment Center, fasilitas kesehatan mental ternama di San Diego, Amerika Serikat mendekripsikan psychotic break sebagai permulaan gejala psikotik untuk seseorang atau timbulnya gejala psikotik secara tiba-tiba setelah periode remisi.

Bisa katakan jika ini adalah episode kambuhnya gangguan psikosis atau psikotik yang alami seseorang.

Gejalanya termasuk pikiran dan keyakinan delusi, halusinasi pendengaran dan visual, dan paranoia.

Umumnya, psychotic break terjadi sebagai awal dari gangguan psikotik. Namun dalam berbagai kasus, kondisi ini juga menjadi indikasi akan masalah mental lain yaitu depresi, kecemasan, bipolar, dan kondisi lain yang parah dapat menyebabkan psikosis.

Perbedaan paling mendasar ialah, mental breakdown tidak selalu menjurus pada gangguan psikotik. Namun psychotic break sudah pasti menjadi tanda terjadinya episode gangguan psikosis.

Bagi orang yang tidak berpengalaman, sulit untuk secara akurat mendiagnosis gangguan psikotik di permukaan. Karena itu kita harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang pasti.

Gangguan psikosis terjadi ketika seseorang mengalami stres yang begitu hebat sehingga menggangu ketenangan mental dan emosionalnya.

Situs Rumah Sakit Marzoeki Mahdi menyatakan penyakit itu muncul karena ketidakkeseimbangan zat kimia di dalam saraf otak yang terpicu kelelahan fisik dan psikis.

Sifatnya sementara dan bisa dipulihkan dengan cara dan pengobatan yang tepat. Meski demikian, apabila tidak ditangani dengan baik maka bisa berkelanjutan menjadi gangguan jiwa berat termasuk skizofrenia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *