Uncategorized

5 Penghalang untuk Menjadi Pribadi Produktif

5 Penghalang untuk Menjadi Pribadi Produktif, Nyaman dalam Kemalasan
5 Penghalang untuk Menjadi Pribadi Produktif

PalapaQQ Lounge 5 Penghalang untuk Menjadi Pribadi Produktif Ketika banyak orang mengejar produktivitas mumpung masih muda, beberapa orang malah belum ingin bahkan merasa menjadi pribadi yang produktif itu negatif. Ini tentu sangat di sayangkan sebab masa muda gak selamanya dan inilah saat terbaik buat menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat. Produktif justru positif karena pasti ada hasilnya dan bukan sekadar membuang-buang waktu.

Bila kamu termasuk salah satu orang yang masih ragu buat mengejar produktivitas, penting untuk mengenali penyebabnya. Sering kali ini bermula dari pemikiran sendiri yang perlu di luruskan sebelum terlambat. Simak satu per satu rintangan buatmu menjadi pribadi yang produktif.

1. Membayangkan menjadi produktif itu capek banget

Orang yang produktif memang selalu bergerak dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Berhentinya hanya saat istirahat. Namun, apakah ini berarti mereka selalu dalam keadaan kecapekan? 

Ternyata tidak karena menjadi produktif seharusnya tak mengurangi waktu ideal buat kita beristirahat. Produktivitas pasti di sertai juga dengan kedisiplinan. Saatnya bekerja, kita menggunakan energi sepenuhnya untuk menyelesaikan tugas-tugas.

Tiba jam istirahat, kita pun berhenti bekerja dan memenuhi hak tubuh. Disiplin dalam memanfaatkan waktu termasuk untuk beristirahat ini bertujuan buat mengisi ulang energi kita sampai penuh. Tidak mungkin kita bisa produktif bila badan sudah kelelahan.

2. Masih nyaman dalam kemalasan

Manusia memang menyukai segala yang nyaman baginya. Jika sesuatu sudah terasa enak, sukar buat kita berubah. Tekad yang lebih kuat di butuhkan biar kita tak selamanya terjebak dalam kemalasan.

Sebab senyaman-nyamannya kemalasan hari ini, kelak tetap akan merugikan bahkan menjatuhkan kepercayaan diri. Teman-teman sebaya telah terbiasa dengan produktivitas sehingga pekerjaan mereka cemerlang. Kita yang selama ini hanya bermalas-malasan pasti akhirnya bakal minder sekali melihat pencapaian mereka.

Rasa malas wajib di perangi sekarang juga. Meski belajar menjadi pribadi yang produktif menimbulkan banyak rasa tidak nyaman di awal, bertahanlah dan jangan kembali ke kebiasaan malas. Pelan-pelan kita akan menikmati beragam aktivitas dan target-target yang tercapai.

3. Takut produktivitas memicu kecemburuan teman

Tentu akan ada segelintir teman yang bukannya terinspirasi oleh produktivitas kita, malah iri dan mungkin sering berkomentar negatif. Akan tetapi, bukankah kecemburuan orang lain selalu mewarnai kehidupan ini? Dalam hal apa saja, orang yang suka cemburu bakal tetap begitu.

Fokus mereka memang memperhatikan kehidupan orang lain, bukan menata kehidupannya sendiri. Apabila kita gak mau produktif cuma lantaran takut dicemburui kawan, malah hidup kita menjadi gak maju. Jangan mengorbankan diri sendiri sampai sebesar itu cuma buat menjaga perasaan orang lain.

Orang yang mudah cemburu bakal tetap cemburu apa pun yang kita lakukan atau raih. Bahkan bila kita sesantai mereka dalam menjalani hari, tetap saja mereka menemukan materi yang memicu rasa iri. Daripada seperti itu, lebih baik kita mengoptimalkan diri dan menjadi pribadi yang produktif biar ada hasilnya untuk kehidupan pribadi. 

4. Keliru mengartikan produktif sebatas mengejar kuantitas

Kita bisa ilfil duluan soal produktivitas kalau mengartikannya sebatas menghasilkan apa pun sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya. Kita akan mengaitkannya dengan kerja mesin, sedangkan kita manusia. juga gak mau menurunkan standar hasil kerja demi memburu kuantitas.

Pemikiran di atas perlu diperbaiki sebab menjadi pribadi yang produktif pun amat peduli pada kualitas hasil kerjanya. Orang yang produktif gak suka kerja 2 kali untuk sesuatu yang sebetulnya cukup sekali digarap. Itu bertentangan dengan prinsip efisiensi yang mereka anut.

Oleh sebab itu, orang yang mengejar produktivitas memperhatikan betul cara dan hasil kerjanya. Mereka tak asal memotong waktu pengerjaan demi cepat menyelesaikan pekerjaan. Mereka hanya mengoptimalkan waktu dan energi yang dimiliki supaya baik kuantitas maupun kualitas hasil kerja sama-sama tercapai.

5. Merasa tanpa produktivitas juga bisa hidup layak

Salah satu tujuan dari menjadi pribadi yang produktif memang untuk meningkatkan pendapatan. Namun, kenyataannya ada orang yang hidupnya tidak produktif juga masih hidup layak. Misalnya, karena masih disokong oleh orangtua.

Akan tetapi, kita perlu bersikap kritis terhadap anugerah yang satu ini. Satu sisi, kita memang enak punya orangtua yang masih bisa dan mau mendukung kita secara finansial. Namun, di sisi lain kita kudu sadar bahwa ini tidak mungkin berjalan selamanya.

Orangtua bakal pensiun juga bahkan sakit dan meninggal dunia. Sekalipun kita mendapat warisan, kalau terus dipakai buat biaya hidup pasti habis tak lama kemudian. Sebaliknya, apabila kita tetap produktif dan punya penghasilan sendiri yang memadai, hidup kita tambah nyaman dan gak perlu ketar-ketir soal uang.

Agar menjadi pribadi produktif tak terkesan menyeramkan, fokus saja pada menggunakan waktu dan energi dengan sebaik mungkin. Kesibukan yang dipilih harus bermanfaat, bukan sekadar mengatasi kebosanan. Manfaat yang dimaksud dapat berupa penghasilan buat diri sendiri atau kebaikan-kebaikan lain yang dirasakan orang banyak dari apa yang kita kerjakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *