Uncategorized

Pemain yang Lebih Gacor di Tim Nasional Ketimbang Klub

Pemain yang Lebih Gacor di Tim Nasional Ketimbang Klub

PKVSLOT – Pemain yang Lebih Gacor di Tim Nasional Ketimbang Klub Ada begitu banyak pesepak bola, baik pada masa lalu atau pun saat ini, yang harus mengalami kesulitan untuk mereplika penampilan sempurna mereka bersama tim nasional ketika bertanding bersama klub. Ada sejumlah alasan mengapa itu bisa terjadi.

Ada banyak pemain yang cocok dengan sepak bola internasional dan harus beradaptasi lebih baik dalam situasi seperti itu, dengan klub sepak bola memiliki jadwal yang padat.

Harry Maguire (Inggris)

Pada musim lalu, Harry Maguire mendapatkan lebih banyak menit bermain untuk Timnas Inggris ketimbang di Manchester United. Sebagian besar berkat Raphael Varane dan Lisandro Martinez yang mengukuhkan diri sebagai duo stoper pilihan Erik ten Hag.

Sergio Romero (Argentina)

Sebelum bermain di Manchester United sebagai opsi kedua di belakang David de Gea, sorotan sepak bola Sergio Romero tidak terlalu istimewa. Ia sempat berpindah dari AZ Alkmaar ke Sampdoria.

Tidak banyak berarti, tetapi ia selalu menajdi penjaga gawang Timnas Argentima, di mana ia tiba-tiba terlihat berkelas dan menjadi man of the match semifinal Piala Dunia 2014

Saat ini dia mencatatkan 96 penampilan, tetapi besar kemungkinan tidak akan mencapai angka 100, dengan kiper Aston Villa, Emiliano Martinez menjadi pilihan utama di bawah mistar gawang.

Romero sekarang bermain bersama Boca Juniors di Liga Argentina. Namun, itu akan selalu di kenang oleh para penggemar di Old Trafford karena perannya yang bagus saat David De Gea absen

Eduardo Vargas (Chile)

Eduardo Vargas menjadi pencetak gol terbanyak ketika Copa America 2015 di amankan oleh Chile. Selain itu sang striker juga mengulangi pencapaian yang sama dan telah menjadi pencetak gol terbanyak Copa America pada 2016

Namun, di level klub, Vargas kesulitan untuk memperlihatkan ketajaman yang sama seperti yang di harapkan orang-orang darinya ketika gagal bermain di Valencia dan Hoffenheim.

Napoli juga beberapa kali meminjamkannya, yang terakhir adalah ke QPR, di mana lagi-lagi ia gagal tampil mengesankan di Premier League.

Keisuke Honda (Jepang)

Keisuke Honda memiliki salah satu karier paling aneh yang dapat Anda bayangkan. Ia mendapatkan status pahlawan karena tembakan jarak jauh dan kemampuannya mengeksekusi bola mati

Namun, selain karena pernah bermain bersama CSKA Moscow, ia mengecewakan ketika memperkuat AC Milan.

Kemudian ia menjadi pekerja harian yang lengkap dan menjalankan tugas yang seimbang di papan atas Liga Lithuania dengan menjadi manajer Timnas Kamboja.

Pada level internasional, ada cerita yang benar-benar berbeda antara 2008 hingga 2018.

Ia mencatatkan kontribusi yang melahirkan 60 gol, masing-masing 37 gol dan 23 assist, dari 98 penampilan dan akan tercatat sebagai legenda sepak bola Jepang.

Honda menjadi kunci dalam keterlibatan Jepang di tiga edisi Piala Dunia dan menjadi pemenang di Piala Asia 2011

Lukas Podolski (Jerman)

Salah satu pemain dengan kaki kiri yang paling ganas di sepanjang sejarah sepak bola. Lukas Podolski berubah menjadi binatang buas ketika tiba waktunya untuk menggunakan jersey Timnas Jerman.

Meski bukan kegagalan total baik Bayern Munchen atau Arsenal, Lukas Podolski dipandang sebagaii bangsawan di Kota Koln. Namun, bukan tidak adil jika di katakan bahwa ia tidak pernah memenuhi ekspektasi yang ada di level klub.

Gagal menembus tim utama Bayern Munchen pada awal kariernya, pemain sayap asal Jerman itu kemudian sukses bersama arsenal dari 2012 hingga 2015. Namun, The Gunners tidak pernah benar-benar mencapai level yang di harapkan.

Ali Daei (Iran)

Sosok pemain yang membuat Cristiano Ronaldo terjaga di puncak rekor pencetak gol di level internasional. Ali Daei mencetak 109 gol yang luar biasa untuk Iran dari 1992 hingga 2006, tetapi kini telah di ambil alih oleh pemain asal Portugal itu.

Karier klubnya di mulai dengan baik di ASia, tetapi setelah pindah ke Jerman pada 1997 bersama Armenia Bielefeld, dan kemudian ke Bayern Munchen, ia kesulitan.

Daei berada di UEA pada 2002 dan tidak pernah lagi membuat kehebohan di Eropa. Sungguh menakjubkan mengingat betapa berbeda dia di level internasional.

PALAPAQQ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *