BERITA KESEHATAN BERITA UNIK

5 Manfaat Menulis Buku Harian bagi Kesehatan Mental

5 Manfaat Menulis Buku Harian bagi Kesehatan Mental

KORANPALAPA, 5 Manfaat Menulis Buku Harian bagi Kesehatan Mental. Tulisan adalah hal yang tak lekang oleh waktu, termasuk ketika menuangkan apa yang ada dalam pikiran ke buku harian. Istilah masa kini untuk aktivitas ini adalah journaling. Sama saja konsepnya, yaitu membantu menjelajahi pikiran dan perasaan terkait hal yang terjadi di sekitar.

Tentunya, resep utama agar bisa mendapatkan manfaat menulis buku harian adalah konsisten. Jika tidak bisa setiap hari pun, tidak mengapa. Namun setidaknya, membiasakan diri menguraikan pikiran ke dalam 

Manfaat menulis buku harian

Apa yang Anda lakukan di waktu senggang? Jika lebih sering berkutat dengan scrolling linimasa media sosial dan waktu terbuang tanpa terasa, ada baiknya menengok kebiasaan baik yang satu ini: menulis jurnal.

Beberapa manfaat menulis buku harian di antaranya:

1. Menjernihkan pikiran

Ketika pikiran tengah kusut dan terasa sangat penuh, coba tuangkan satu persatu di buku harian. Ini merupakan cara untuk mengenal diri sendiri dan apa yang sedang menjadi pikiran utama.

Bahkan bonusnya, menulis jurnal dapat memetakan masalah yang dihadapi. Bukan tidak mungkin, solusinya muncul ketika sudah tertuang dalam bentuk kata-kata di atas kertas. Itu bonus.

2. Berdamai dengan rasa trauma

Menulis jurnal tentang hal-hal traumatis dapat membantu melepaskan emosi yang terbelenggu. Ketika menulis, bagian otak yang berperan turut bekerja. Ini membuat pengalamannya menjadi sangat terintegrasi dalam pikiran.

Siapa tahu, dengan menuliskan pengalaman buruk di masa lalu dapat membantu pikiran lebih damai. Namun tentunya, apabila trauma sudah terasa sangat signifikan, pertolongan dari pihak profesional bisa jadi pilihan terbaik.

3. Mengurangi gejala penyakit

Terbukti secara ilmiah, menulis jurnal dapat mengurangi gejala-gejala pada kondisi medis seperti:

  • Asma
  • Arthritis
  • Penyakit kronis lainnya

Dalam penelitian pasien asma dan arthritis menunjukkan berkurangnya gejala hingga 28%. Ini terjadi setelah mereka rutin menulis jurnal dalam rentang waktu penelitian selama 4 bulan. Di buku harian, pasien diminta menulis pengalaman hidup yang paling memicu stres.

Baca juga : Lepas dari Hubungan Toksik, Ini Pelajaran yang Bisa Anda Ambil

4. Meningkatkan fungsi kognitif

Bukan hanya untuk fisik, manfaat menulis buku harian juga berdampak pada fungsi kognitif. Menuliskan pengalaman yang traumatis atau emosional dapat berdampak baik dalam jangka panjang. Bukan hanya soal fungsi kognitif, namun juga mood dan kondisi psikologis.

Dalam penelitian, partisipan diminta menuliskan pengalaman emosional selama 3-5 sesi. Setiap sesinya berlangsung selama 15-20 menit dan dilakukan 4 hari berturut-turut. Tak hanya dilihat hasil saat itu juga, kondisi partisipan juga diperiksa kembali 4 bulan kemudian.

5. Melawan dampak negatif stres

Stres bisa berdampak buruk bagi seorang individu, baik secara fisik maupun psikologis. Ini terbukti dari penelitian yang melibatkan 70 orang dewasa yang mengalami kecemasan berlebih.

Mereka diminta bergabung dalam sesi menulis jurnal selama 3 hari setiap minggunya dan berlangsung selama 3 bulan. Pada setiap akhir bulan, dilakukan survei psikologis hingga fisik.

Hasilnya, intervensi yang disebut positive affect journaling (PAJ) ini menunjukkan keringanan gejala kecemasan berlebih setelah 1 bulan mengikuti sesi. Tak hanya itu, partisipan juga menjadi lebih tangguh melawan pemicu stres pada bulan-bulan berikutnya.

Tidak selalu indah

5 Manfaat Menulis Buku Harian bagi Kesehatan Mental

Meski demikian, menulis buku harian atau journaling tidak selamanya indah. Ada “efek samping” yang membuat aktivitas ini mungkin tidak cocok untuk semua orang. Contohnya bagi mereka yang:

  • Kesulitan dalam belajar
  • Perfeksionis sehingga justru rentan stres melihat tulisan sendiri atau aspek lainnya
  • Tangannya mudah lelah
  • Tidak punya rencana untuk mengatasi stres

Memang benar bahwa menuangkan pikiran atau pemicu stres dalam tulisan adalah hal baik. Namun, jika tidak disertai dengan rencana baik, bisa jadi justru memicu stres lebih dominan.

Untuk menyiasatinya, selalu akhiri sesi menulis jurnal dengan beberapa kata tentang hal yang bisa menjadi solusi potensial masalah. Jika ini belum terpikir, bisa juga dengan menuliskan hal yang disyukuri atau harapan lainnya.

Tak kalah penting, komitmen adalah yang terbaik. Inilah yang menjadi bahan bakar agar terus mau menulis meski sedang tidak mood. Alasannya karena Anda tahu bahwa ketika menuangkan pikiran di atas kertas, stres bisa berkurang signifikan.

Hanya saja, jangan terlalu kaku dalam menentukan jadwal menulis jurnal. Buat sefleksibel mungkin, namun tetap rutin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *