BERITA VIRAL

6 Hal Terkait Wafatnya Sastrawan Sapardi Djoko Damono

KORANPALAPA  6 Hal Terkait Wafatnya Sastrawan Sapardi Djoko Damono. Kabar duka kembali mendatangi Indonesia setelah salah satu sastrawan besar Sapardi Djoko Damono meninggal dunia, Minggu (19/7/2020).

Sapardi Djoko Damono mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Eka Hospital BSD Tangerang Selatan. Dan berikut akan dibahas satu per satu mengenai 6 hal terkait wafatnya beliau.

6 Hal Terkait

Kabar duka wafatnya Sapardi ramai di jagat Twitter. Salah satunya akun mantan Direktur Freedom Institute Jakarta, Akhmad Sahal di @sahaL_AS.

“Sugeng tindak, Penyair ‘Hujan Bulan Juni’ Sapardi Djoko Damono. Semoga husnul khatimah,” tulisnya, Minggu (19/7/2020).

Eks Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Dadang Sunendar pun telah membenarkan informasi tersebut.

Rupanya, sebelum meninggal dunia, sastrawan Sapadi Djoko Damono sempat mendapat perawatan intensif di Eka Hospital BSD Tangsel sejak 9 Juli 2020.

Selama di rumah sakit, Sapardi mendapatkan penanganan dari beberapa dokter spesialis. Usai kabar beredar, jagat maya lantas menyampaikan duka dengan secarik kalimat yang juga merupakan karya terbarunya, Yang Fana Adalah Waktu.

Berikut 6 hal terkait wafatnya sastrawan Sapardi Djoko Damono seperti yang dilansir dari Agenpoker.

Ramai di Jagat Maya

6 Hal Terkait

Sastrawan Sapardi Djoko Damono meninggal dunia, Minggu (19/7/2020) di Rumah Sakit Eka Hospital BSD Tangerang Selatan.

“Sugeng tindak, Penyair “Hujan Bulan Juni” Sapardi Djoko Damono. Semoga husnul khatimah,” cuit Ahmad Sahal di akun Twitternya,

Meninggalnya Sapardi juga mendapat sorotan luas dari publik. Sejumlah warga net ikut menyampaikan belasungkawa atas meninggalkan Sapardi.

#SelamatJalanEyang Semoga Husnul Khatimah Eyang Sapardi Djoko Damono. Yang fana adalah waktu, Namamu Abadi,” cuit irawsi@raniiswarani.

Sempat Dirawat di RS Sebelum Wafat

6 Hal Terkait

Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pagi ini sekitar pukul 09.17 WIB, Minggu (19/7/2020).

Sebelum meninggal dunia, sastrawan Sapadi Djoko Damono mendapat perawatan intensif di Eka Hospital BSD Tangsel sejak 9 Juli 2020.

“Bapak sakit sejak 9 Juli, saat itu juga langsung dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan di sana,” tutur Nana Subiyanto, perwakilan dari pihak keluarga almarhum.

Selama di rumah sakit, Sapardi Djoko mendapatkan penanganan dari beberapa dokter spesialis. Sebab, sakit komplikasi yang diderita membuatnya harus terbaring dan tidak banyak berinteraksi.

“Sakit komplikasi saja,” ujar Nana.

Sementara, Erwin Suyanto, Marketing Communication Manager Eka Hospital mengatakan, Sapardi meninggal karena adanya penurunan fungsi organ.

“Iya, adanya penurunan fungsi organ,” ucap Erwin.

Rutin Bolak-Balik ke RS

[Bintang] Sapardi Djoko Damono

Eks Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Dadang Sunendar mengaku tidak terlalu mengetahui terkait sakit yang diderita almarhum Sapardi Djoko Damono.

Namun, beberapa kali dia sempat menjenguk Sapardi Djoko Damono ke rumah sakit.

“Sakitnya saya tidak tahu persis, tapi memang beliau beberapa kali masuk rumah sakit. Dan mungkin karena faktor usia juga,” jelas Dadang.

Pelayat Tak Diizinkan Ikut ke Pemakaman

Sapardi Djoko Damono

Keluarga almarhum sastrawan Sapardi Djoko Damono, tidak mengizinkan pelayat ikut serta ke pemakaman. Hal tersebut demi terjaganya protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Pada keterangan resmi yang diterima, keluarga besar memaklumi keinginan para kerabat, sahabat atau pun yang kenal baik almarhum semasa hidup untuk ikut dalam pemakaman. Namun, hal tersebut tidak diperbolehkan lantaran demi terjaganya physical distancing.

“Dengan segala hormat pelayat tidak diperkenankan mengantar atau hadir di pemakaman, sesuai protokol kesehatan dari pemerintah serta persyaratan dari pihak pemakaman,” tutur Nana Subiyanto, perwakilan keluarga almarhum Sapardi Djoko, Minggu (19/7/2020).

Namun, keluarga masih mengizinkan para pelayat untuk datang ke rumah duka di Komplek Dosen UI Nomor 113, Jalan Ir H Djuanda, Ciputat, Kota Tangerang Selatan.

“Ada protokol, di rumah duka enggak apa-apa,” ujar Nana.

Dimakamkan di Bogor

Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono dimakamkan di Bogor, Jawa Barat. Pihak keluarga akan memberangkatkan jenazah pada Minggu (19/7/2020) sore.

Taman Pemakaman Giritama Bogor, Jawa Barat, dipilih keluarga sebagai tempat peristirahatan terakhir sastrawan Indonesia yang melegenda karena karya-karyanya itu.

Perwakilan keluarga Sapardi Djoko Damono, Nana Subianto mengatakan, jenazah akan dimakamkan selepas salat asar.

“Sesuai rencana keluarga, jenazah akan dimakamkan sore hari ini setelah Asar,” kata Nana.

Tinggalkan Karya Sastra Abadi

[Bintang] Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono meninggalkan sejumlah sejumlah karya dan penghargaan yang ditorehkan sepanjang hidupnya berkecimpung di dunia sastra.

Penghargaan selama hidup yang diterima pendiri Yayasan Lontar ini antara lain menerima anugerah SEA Write Award pada 1986 dan penghargaan Achmad Bakrie PADA 2003.

Karya sajak Sapardi banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa, bahkan ke bahasa daerah. Selain aktif menulis puisi, dia juga membuat cerita pendek.

Beberapa puisi yang sangat populer antara lain, “Aku Ingin”, “Hujan Bulan Juni”, “Pada Suatu Hari Nanti”, “Akulah si Telaga”, dan “Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari”.

Berikut rangkaian karya Sapardi baik puisi hingga esai yang diterbitkan :

1. SastraSunting

2. Duka-Mu Abadi (1969)

3. Lelaki Tua dan Laut (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)

4. Mata Pisau (1974)

5. Sepilihan Sajak George Seferis (1975; terjemahan karya George Seferis)

6. Puisi Klasik Cina (1976; terjemahan)

7. Lirik Klasik Parsi (1977; terjemahan)

8. Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak (1982, Pustaka Jaya)

9. Perahu Kertas (1983)

10. Sihir Hujan (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)

11. Water Color Poems (1986; translated by J.H. McGlynn)

12. Suddenly The Night: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (1988; translated by J.H. McGlynn)

13. Afrika yang Resah (1988; terjemahan)

14. Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)

15. Hujan Bulan Juni (1994)

16. Black Magic Rain (translated by Harry G Aveling)

17. Arloji (1998)

18. Ayat-ayat Api (2000)

19. Pengarang Telah Mati (2001; kumpulan cerpen)

20. Mata Jendela (2002)

21. Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro? (2002)

22. Membunuh Orang Gila (2003; kumpulan cerpen)

23. Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia Periode Awal (1870an – 1910an)” (2005; salah seorang penyusun)

24. Mantra Orang Jawa (2005; puitisasi mantra tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)

25. Before Dawn: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (2005; translated by J.H. McGlynn)

26. Kolam (2009; kumpulan puisi)

27. Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012; kumpulan puisi)

28. Namaku Sita (2012; kumpulan puisi)

29. The Birth of I La Galigo (2013; puitisasi epos “I La Galigo” terjemahan Muhammad Salim, kumpulan puisi dwibahasa bersama John McGlynn)

30. Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak (edisi 1994 yang diperkaya dengan sajak-sajak sejak 1959, 2013; kumpulan puisi)

31. Trilogi Soekram (2015; novel)

32. Hujan Bulan Juni (2015; novel)

33. Melipat Jarak (2015, kumpulan puisi 1998-2015)

34. Suti (2015, novel)

35. Pingkan Melipat Jarak (2017; novel)

36. Yang Fana Adalah Waktu (2018; novel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *