BERITA KESEHATAN BERITA UNIK BERITA VIRAL

Banyak Korban Pelecehan Seksual Pilih Diam, Ini Penjelasan Psikolog

Banyak Korban Pelecehan Seksual Pilih Diam, Ini Penjelasan Psikolog

KORANPALAPA, Banyak Korban Pelecehan Seksual Pilih Diam, Ini Penjelasan Psikolog. Publik dihebohkan dengan kasus dugaan pelecehan sosial yang d iungkapkan oleh pemilik akun Twitter @quweenjojo. Menurutnya, kejadian itu dialami sudah sekitar tiga tahun lalu.

Banyak yang mengapresiasi pemilik akun tersebut karena sudah berani untuk menceritakan kejadian yang di alaminya.

Namun, tak sedikit korban pelecehan seksual lain yang diam ketika kejadian tersebut menimpanya, baik di tempat kejadian maupun setelah kejadian.

Apa penyebabnya?

Psikolog klinis dari Personal Growth, Ni Made Diah Ayu Anggreni, MPsi, menjelaskan, respons setiap orang ketika mengalami kejadian buruk atau berbahaya akan berbeda-beda, termasuk ketika mengalami pelecehan sosial.

“Respons setiap orang berbeda-beda sehingga tidak bisa tergeneralisasi,”

Pada saat kejadian, secara umum respons yang akan muncul adalah fight, flight, dan freeze. Menurut Ayu, respons ini bisa hanya muncul satu saja atau beberapa tetapi tidak bersamaan.

Beberapa individu mungkin akan memberi respons fight atau melawan, sementara individu lainnya mungkin hanya memberikan respons freeze atau diam dan tidak menunjukkan reaksi apapun.

Ketika seseorang menunjukkan reaksi freeze terhadap peristiwa yang terjadi, itu bisa juga merupakan respons yang muncul karena merasa kaget.

“Di mana orang tersebut secara tidak sadar tidak bisa melakukan suatu hal untuk merespon situasi tersebut,” ucap Ayu.

Baca juga : Tindakan yang Dilakukan Orang Narsis untuk Menyudahi Hubungan

Banyak orang kemudian bingung ketika dirinya berada pada posisi korban. Lalu, apa yang perlu kita lakukan ketika kita menjadi korban pelecehan seksual?

Menurut Ayu, hal yang dapat kita lakukan ketika mengalami pelecehan seksual yaitu mencari keramaian dan meminta pertolongan orang lain.

Jika merasa belum mampu atau belum siap untuk melakukan hal tersebut, maka cobalah untuk menenangkan diri terlebih dahulu.

“Misal dengan melakukan relaksasi nafas atau menghubungi orang terdekat untuk meminta untuk dihampiri dan memberikan bantuan,” ujarnya.

Banyak Korban Pelecehan Seksual Pilih Diam, Ini Penjelasan Psikolog

Mengapa banyak korban tak “speak up”

Setelah kasus terjadi, banyak pula korban yang memilih untuk tetap diam dan tak “speak up” atas kasus pelecehan seksual yang di alaminya.

Menurut Ayu, korban pelecehan seksual dapat mengalami depresi, kepercayaan diri rendah, trauma, ketakutan, hingga kesulitan menjalin relasi yang intim. Selain itu, sebagian besar korban memilih diam dan menyimpan masalah itu sebagai rahasia.

Alasannya, kata dia, banyak korban merasa malu, bersalah, menyalahkan diri sendiri, serta takut di jauhi dan di kucilkan.

“Sehingga untuk dapat berbicara, bahkan pada orang terdekat, membutuhkan keberanian.”

“Apakah ingin berbicara kepada satu kelompok atau seratus orang, perlu keberanian yang sangat besar untuk menceritakan kisah Anda, berani untuk terbuka,” tuturnya.

Bercerita sebetulnya bisa membantu korban melewati rasa malu dan kerahasiaan yang membuat mereka merasa terisolasi.

Beberapa orang juga membuka dalam upaya memberdayakan diri mereka sendiri dan mendidik orang lain tentang kekerasan seksual.

“Bercerita adalah salah satu cara Anda bisa menjadi model bagi para penyintas lainnya. Ini bisa memberdayakan untuk berbicara menentang kejahatan orang lain. Berbicara dapat mengangkat beban keheningan,” ucapnya.

Namun, ketika hendak “speak up”, perlu pastikan korban sudah lebih tenang dan berani untuk menceritakan masalahnya.

Ketika sudah terbuka dengan orang-orang terdekat yang dapat terpercaya, korban bisa mencari bantuan profesional untuk mendampingi.

Namun, pastikan tidak memaksa korban untuk bercerita.

“Jangan memaksa korban untuk menceritakan pengalaman tersebut karena mampu membuat dirinya semakin takut dan cemas,” kata Ayu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *